Sabtu, 26 Maret 2011
House of Raminten
Secukil cerita lagi dari Jogja nih. namanya House of Raminten. Wuik, kok namanya campur-campur londo karo jowo ngono? Tempat yang nyeleneh nih pastinya!
Dengan sepeda motor Irfan membawaku membelah kota Jogja di malam hari bareng temen2nya,ke Jl. FM. Noto no. 7 destinasinya. Itu dia lokasinya cafe House of Raminten. Pas banget sebelahnya Mirota Bakery.
Iya, memang Mirota Batik, Mirota Bakery dan House of Raminten itu bos-nya sama, yakni Pak Hamzah, entrepreneur handal dan nyentrik di Jogja.
House of Raminten berkonsep dasar angkringan, warung pinggir jalan yang menjual aneka panganan yang merakyat. Tapi kemudian dikemas dengan konsep yang kuat sebagai resto semi cafe.
Interiornya pun jempolan, bertempat di rumah tua yang masih terawat. Di bagian depan rumah dijejer beberapa kereta kuda pusaka. Di depan itu juga bagian khusus buat muda mudi yang doyan lesehan. Di belakang lebih sparkling dengan penataan meja yang cocok buat makan bareng kerabat.
Makanan yang ditawarkan sangat sederhana, ora neko-neko. Macam Nasi kucing, nasi goreng, indomie goreng, bubur, sate ayam, sate puyuh, kalo mo yg agak modern ada kentang goreng. Tapi yang khas ya Nasi Kucing-nya itu.
Dengan tempat, atmosfir serta penyajian seperti diatas.. ayo tebak kira2 harganya berapa?
15 ribu?
10 ribu?
5 ribu??
Actually, harga Nasi Kucing di sana cuma Rp 1000,00 Incredibly cheap. Ga beda dengan yg di ankringan biasa. Lauknya ya nasi putih, oseng tempe, serundeng dan teri. Yang pasti buat kita2, 1 nasi kucing pasti ga cukup. Pesen aja langsung Nasi Kucing Dobel, harganya Rp 2000,00
Masih kurang? Pesen tambahan telur atau mendoan goreng aja. Harga makanan di House of Raminten semuanya dibawah 10 ribu perak.
Selain makanan dan interior yg unik. Penyajian juga bikin terbelalak! Salah satu temen pesen minuman Susu, eh.. ternyata disajikan dengan gelas yg literally mirip *maap* Susu
Ada juga minuman yang disajikan dengan gelas yang tinggi banget. It’s even taller than our head when served on our table. Jadi kalo mau minum, ya either kita yang harus berdiri atau gelasnya yg diturunkan
Para pelayan di House of Raminten juga eksotis. Yang pria mostly pakai giwang di telinga dan tubuh bagian bawah yang dibalut batik. Yang wanita? Lebih manteb lagi dengan baluran kemben batik ketat. Aaaa.. duhaiiiiiiii.
Okelah, jujur aja kalo pelayanan, resto ini agak payah. Mie goreng instan baru muncul setelah 30 menit. Taste masakan juga tidak lebih baik drpd angkringan di pinggir jalan. Tapi atmosfir Raminten belum pernah aku temukan di tempat lain.
Kalau main2 ke Yogyakarta, aku rasa House of Raminten patut masuk dalam daftar singgah. Kongkow2 sejenak, melepas lelah sehabis keliling kota yg ramah dan eksotis..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar